bidang psikologi Islam yaitu Dr. Fatimah Binti Abdullah, mantan Associate Professor di International Islamic University Malaysia dan istri dari almarhum Prof. Malik Badri, yang dikenal sebagai Bapak Psikologi Islam.
Diskusi dimoderatori oleh Bapak Hana Jumhana Bastaman, seorang pionir Psikologi Islami dan Logoterapi di Indonesia, yang memulai acara dengan menyapa hadirin dan memberikan sebuah pantun yang menyegarkan suasana. Beliau kemudian memberikan kesempatan kepada Dr. Fatimah untuk menyampaikan pandangannya mengenai perjuangan almarhum suaminya, Prof. Malik Badri, dalam mengislamkan psikologi.
Dalam pemaparannya, Dr. Fatimah menceritakan bagaimana Prof. Malik Badri berjuang keras untuk mengintegrasikan agama dengan psikologi, di tengah dominasi aliran yang memisahkan ilmu pengetahuan dari dimensi spiritual. Beliau menjelaskan bagaimana di masa itu, ajaran psikologi Barat seperti Freud dan behaviorisme tidak memperhitungkan aspek agama dan spiritualitas. Prof. Malik Badri menentang pemisahan tersebut dan memperkenalkan konsep "Islamization of Psychology", yang berfokus pada integrasi psikologi dengan nilai-nilai Islam.
Dr. Fatimah juga menekankan pentingnya pandangan dunia yang berbasis pada tauhid, yang memandang manusia tidak hanya sebagai makhluk fisik atau mental, tetapi juga sebagai makhluk spiritual yang memiliki tujuan hidup yang lebih tinggi sebagai khalifah di bumi. Hal ini sejalan dengan pemikiran Prof. Malik Badri yang ingin mendekatkan psikologi dengan nilai-nilai ketuhanan, sehingga psikologi dapat menjadi alat untuk memahami dan mengembangkan potensi manusia secara menyeluruh.
Selanjutnya, Dr. Ary Ginanjar Agustian, yang dikenal sebagai pendiri Universitas Ary Ginanjar (UAG) dan ESQ Business School, serta, berbagi pandangannya tentang bagaimana psikologi ESQ mengintegrasikan kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ) dalam membentuk karakter manusia. Dr. Ary menjelaskan bahwa konsep Psikologi ESQ bertujuan untuk menciptakan individu yang tidak hanya cerdas dalam hal pengetahuan dan emosi, tetapi juga memiliki kesadaran spiritual yang kuat, sehingga mampu menjalani kehidupan dengan lebih bermakna dan seimbang.
Acara ini memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya mengintegrasikan dimensi spiritual dalam psikologi, sebuah pendekatan yang tidak hanya relevan untuk pengembangan individu, tetapi juga untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan berkeadilan. Psikologi ESQ diharapkan dapat membentuk pemimpin-pemimpin masa depan yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan spiritual yang mengarahkan mereka untuk berbuat baik bagi diri mereka sendiri dan masyarakat.
Dengan adanya acara ini, Universitas Ary Ginanjar terus menunjukkan komitmennya dalam mencetak lulusan yang tidak hanya unggul dalam bidang akademis, tetapi juga memiliki karakter. Psikologi ESQ menjadi salah satu contoh nyata dari integrasi ilmu pengetahuan dan spiritualitas yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi masa depan Indonesia.