Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran berharga bagi bisnis keluarga mengenai pentingnya kemampuan beradaptasi. Sebuah penelitian yang dilakukan di tengah pandemi menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari total penjualan bisnis keluarga berasal dari inovasi yang dikembangkan sebagai respons terhadap perubahan kondisi pasar. Uniknya, bisnis yang masih dipimpin oleh generasi pendiri menunjukkan tingkat inovasi tertinggi dibandingkan dengan generasi kedua atau ketiga. Semakin tua usia bisnis keluarga, semakin rendah tingkat inovasinya. Ini menjadi sinyal penting bahwa semangat kewirausahaan perlu terus dipupuk dari generasi ke generasi.
Sayangnya, tidak semua bisnis keluarga menyadari pentingnya mempertahankan semangat inovasi tersebut. Generasi penerus, khususnya generasi kedua dan ketiga, cenderung bersikap lebih hati-hati, memilih untuk menjaga apa yang sudah ada daripada mengejar peluang baru yang penuh risiko. Sikap ini tidak sepenuhnya salah tetapi berpotensi menyebabkan stagnasi jika terus berlangsung tanpa disertai dorongan inovasi.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan menurunnya semangat kewirausahaan pada generasi penerus adalah kurangnya komunikasi yang efektif antara generasi senior dan generasi muda. Banyak generasi muda merasa tidak memahami harapan atau visi yang dimiliki generasi sebelumnya, sementara generasi pendahulu sering merasa generasi penerus kurang inisiatif atau kurang memahami nilai-nilai inti perusahaan. Akibatnya, muncul ketidaksepahaman dan konflik internal yang bisa menghambat kemajuan bisnis.
Untuk mengatasi hal tersebut, penting sekali untuk membangun komunikasi yang intensif antar generasi. Generasi senior perlu dengan jelas menyampaikan ekspektasi mereka terhadap generasi penerus, termasuk bagaimana mereka ingin bisnis keluarga terus berinovasi. Sebaliknya, generasi penerus harus proaktif mengekspresikan aspirasi dan gagasan inovatif mereka. Dengan komunikasi yang terbuka, baik generasi senior maupun junior bisa saling memahami harapan masing-masing, sehingga bisa bersinergi dalam membangun masa depan perusahaan.
Selain komunikasi, membangun keterlibatan generasi muda sejak dini dalam pengelolaan bisnis sangat penting. Keterlibatan ini dapat berupa memberikan tanggung jawab nyata dalam proyek-proyek kecil hingga kesempatan untuk memimpin inovasi yang berdampak langsung pada bisnis. Dengan cara ini, generasi muda mendapatkan pengalaman nyata yang sangat berharga dalam mempersiapkan diri untuk mengambil alih kepemimpinan di masa depan.
Di samping itu, pengembangan budaya perusahaan yang mendukung inovasi juga perlu diperhatikan. Bisnis keluarga yang sukses umumnya memiliki nilai-nilai kuat yang diwariskan turun-temurun. Namun, selain nilai-nilai tradisional tersebut, penting juga untuk menumbuhkan budaya inovasi di mana ide-ide baru dihargai, didukung, dan diberi ruang untuk diuji. Perusahaan dapat menyediakan ruang eksperimen berupa inkubator ide, dukungan finansial awal, atau mentoring dari profesional berpengalaman untuk mengembangkan gagasan generasi muda.
Menempatkan profesionalisme sebagai landasan dalam manajemen perusahaan juga menjadi langkah krusial. Nepotisme yang tidak terkendali dapat menyebabkan perusahaan kehilangan kompetensi penting dan mempersempit ruang inovasi. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan antara mempertahankan tradisi keluarga dengan tuntutan profesionalisme dalam mengelola bisnis.
Dalam menjalankan bisnis keluarga, tata kelola perusahaan yang baik juga menjadi elemen kunci dalam menjamin keberlanjutan jangka panjang. Pembentukan dewan direksi independen yang mampu memberikan pandangan objektif di luar lingkup keluarga merupakan langkah strategis untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan bisnis.
Pada akhirnya, mempertahankan semangat kewirausahaan dalam bisnis keluarga bukan sekadar tentang mempertahankan usaha tetapi juga tentang bagaimana menciptakan warisan yang adaptif terhadap perubahan zaman. Dengan mendorong komunikasi yang efektif antar generasi, memberikan ruang bagi generasi muda untuk bereksperimen, serta menerapkan tata kelola yang profesional, bisnis keluarga tidak hanya akan bertahan, tetapi juga tumbuh berkembang melampaui ekspektasi.
Oleh Dr. Dwitya Agustina, ST, MBA
Family Business Center of Indonesia – ESQ Business School